Wednesday, May 20, 2009

Tidur tanpa lena.

Sephia terkebil - kebil merenung syiling biliknya tanpa jemu. Puas dia merapatkan kelopak matanya, tetapi usahanya sia - sia. Sephia tahu apa yang mengganggu pemikirannya tatkala itu. Sesekali, hembusan bayu lembut menyelimuti tubuh kecilnya. hembusan bayu malam itu seolah - olah menggamit hatinya untuk menjengah ke luar jendela yang sengaja dibiarkan ternganga sejengkal. Dengan langkah yang perlahan dia menyelak langsir sifon ke kanan dan menolak luas tingkap kacanya dan menjengah keluar. Haruman bunga kemboja menerjah masuk ke rongga nasalnya, memberikan kesegaran baru kepadanya. Dia mendongak ke atas, ditatapnya bintang bintang yang saling berkerdip seolah - olah berbahasa antara satu sama lain.

Ingatannya teralih pada memori silam dan lants perlahan - lahan dia merapatkan kelopak matanya. Dia teringat akan menatap bintang - bintang bertaburan di langit tanpa hujung di bumi Palestin. Dia menjadi sebak. Bau bunga kemboja beransur hanyir seakan - akan bau darah. Tanpa disedari Sephia, dia menitiskan air jernih dari matanya. Diingati wajah kanak - kanak yang tidak henti - henti memanggil nama ibu mereka.

Sephia membuka kelopak matanya. Ingatan itu telah mengingatkan dia agar melakukan solat hajat supaya mereka di sana dapat menikmati secebis kebahagian. Dia lantas melangkah ke bilik air dengan niat mengambil air sembahayang. Dia melihat jam dinding yang gigih berdetik - jam 4.